Konsumen Kunci Batasi Busa Polistirene

http://id.news.yahoo.com/kmps/20100608/tls-konsumen-kunci-batasi-busa-polistire-8d16233.html

JAKARTA, KOMPAS - Longgarnya aturan penggunaan polystyrene foam atau busa polistiren sebagai kemasan menyebabkan konsumen menjadi kunci pembatasnya. Konsumen harus aktif menolak pengemasan makanan atau minuman dengan busa yang populer disebut styrofoam itu. Pemakaian terus-menerus dalam jangka panjang meningkatkan risiko kanker.

Hal itu disampaikan pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Ilyani S Andang, dalam Seminar Styrofoam Ditinjau dari Segi Kesehatan, Lingkungan, dan Pemerintahan serta Pemanfaatannya yang digelar Lembaga Kemanusiaan Nasional Pos Keadilan Peduli Ummat di Jakarta, Sabtu (5/6).

”Jika penjual akan membungkus makanan dengan styrofoam, orang itu harus menolak. Itu akan mengubah kebiasaan para penjual mengemas makanan dan minuman dengan styrofoam,” kata Ilyani.

Busa polisterin beraneka bentuk, mulai dari piring, gelas, hingga kotak makanan, kian marak digunakan untuk mengemas atau menyajikan makanan oleh penjual makanan siap saji di waralaba, kantin sekolah, pasar tradisional, juga untuk menyajikan suguhan arisan di rumah tangga.

”Menurut Lembaga Riset Kanker Internasional (IARC) WHO maupun para ahli dari perguruan tinggi dalam dan luar negeri, pemakaian terus-menerus dalam jangka panjang bisa merusak sumsum tulang, merusak sistem kekebalan tubuh, juga memicu kanker,” kata Ilyani.

Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Ani Rohmaniyati menjelaskan, ”Monomer stiren yang terlepas dari piring, gelas, atau kotak makanan busa polisterin bisa masuk ke dalam tubuh manusia bersama makanan yang disantap,” kata Ani. Pelepasan monomer stiren semakin besar jika piring, gelas, atau kotak makanan busa polisterin itu bersentuhan langsung dengan panas, lemak, atau minyak.

”Batasi pemakaian dengan mengenali kode busa polisterin, angka 6 dalam lambang daur ulang di dasar kemasan,” kata Ani. Busa polisterin juga membahayakan lingkungan karena sukar diurai oleh alam. (ROW)